Teknologi – Pasar – Pendidikan November 26, 2009
Posted by rumahbelajaribnuabbas in Pendidikan.Tags: Back to nature, Borax, brand image, budaya pasar, efek sampingan, Formaldehyde, Formalin, Herbal, home schooling, iklan, Impresario, Kesehatan itu Mahal, komersialisasi pendidikan, kualitas, kurikulum, layanan purna jual, metode pembelajaran, moderenisasi, Pasar, Pembeli adalah raja, Pendidikan, Pendidikan Itu Mahal, pesantren, posmo, praktis, promosi, sekolah, stronger and faster, Styrofoam, Teknologi, Teknologi Pendidikan
18 comments
Abu Khaulah Zainal Abidin
Dahulu kala manusia harus berenang untuk menyeberangi hanya sebuah sungai. Mereka harus -dan hanya bisa- berlari sekencang-kencangnya untuk tiba segera di tempat yang dituju. Bersusah payah melompat setinggi-tingginya hanya untuk meraih buah yang hendak dipetik.
Kini mereka mampu berlayar bahkan mengarungi samudra. Cukup memacu kendaraannya untuk tiba di tempat dalam sekejap. Terbang bahkan menembus awan dengan pesawat.
Semua itu karena manusia tak henti berupaya; mengatasi tantangan, mempermudah cara, dan meningkatkan hasil. Berbagai ilmu mereka kembangkan, berbagai cara mereka lakukan, dan berbagai alat mereka ciptakan. Itulah teknologi.
Teknologi…
adalah yang juga hewan telah mengenalnya sejak awal, jauh sebelum istilah itu diciptakan. Hewan memanipulasi dirinya di dalam rangka menghadapi tantangan alam yang mengancam kehidupannya. Mereka berupaya mempermudah cara untuk melanjutkan kehidupannya, bahkan bersiasat untuk meningkatkan hasil buruannya.
Jadi, teknologi bukan monopoli manusia, apalagi harus identik dengan moderen. Ya, fitrah makhluq hidup -yang punya keinginan; mengatasi tantangan atau rintangan, mempermudah cara, dan meningkatkan hasil atau kualitas hidup- itulah yang menjadi sebab mengapa teknologi ada, sesederhana apapun bentuk dan cara kerjanya.
Manusia berupaya mengatasi tantangan, sehingga menjadi punya dari sebelumnya tak punya, menjadi bisa dari sebelumnya tak bisa. Setelah itu, manusia berupaya mempermudah berbagai cara, sehingga lebih mudah untuk punya, lebih mudah untuk bisa, serta lebih mudah meraih hasrat dan menyampaikan maksud,. Tidak cukup sampai di situ, kemudian manusia berupaya meningkatkan apa yang telah dihasilkan atau diperolehnya, sehingga hidupnya menjadi lebih baik; tidak sekedar punya…, tidak sekedar bisa…. (lebih…)